Antropologi dikatakan sebagai salah satu akar atau
landasan lahirnya ilmu komunikasi. Seiring dengan perkembangan antropologi tersebutlah akhirnya para ahli budaya melihat jika
dalam budaya juga sangat tergantung pada komunikasi. Hal inilah yang kemudian dikaji
mengenai proses dari komunikasi tersebut sehingga lahirlah ilmu komunikasi dari
antropologi. Namun untuk lebih jelasnya mengenai keterkaitan
tersebut sebaiknya terlebih dahulu melihat mengenai antopologi dan komunikasi itu sendiri.
Kebudayaan adalah komunikasi simbolis, simbolisme itu
adalah keterampilan kelompok, pengetahuan, sikap, nilai, dan motif. Makna dari
simbol-simbol itu dipelajari dan disebarluaskan dalam masyarakat melalui
institusi. Menurut Levo-Henriksson (1994), kebudayaan
itu meliputi semua aspek kehidupan kita setiap hari, terutama pandangan hidup –
apapun bentuknya – baik itu mitos maupun sistem nilai dalam masyarakat.
Ross (1986,hlm 155) melihat kebudayaan
sebagai sistem gaya hidup dan ia merupakan faktor utama (common domitor) bagi pembentukan gaya
hidup (Alo Liliweri, 2003,8-9.
Peradaban Romawi dan Yunani menjadi dasar bagi antropologi
terutama yang berkaitan dengan masalah
estetika, etika, metafisika, logam dan sejarah. Mempelajari antropologi dapat
dilihat dari segi sejarah harus didasarkan pada orientasi humanistik, sejarah dan ilmu alam, karena perbedaan kondisi iklim
dan keadaan permukaan tanah akan membawa peradaban keaadaan fisik,
karakteristik dan konstitusi suatu masyarakat yang berbeda (Hipocrates 1962:
135). Memformulasikan tradisi filosofis dan tradisi keilmuan
akan memberikan proposisi-proposisi sebagai berikut;
1)
Segala sesuatu itu
mempunyai sebuah bentuk yang menentukan maksud dari bentuk tersebut
2)
Semua hal yang ada
dalam suatu Negara akan mengalami perubahan secara terus menerus; perubahan
tersebut akan berkisar antara integrasi dan disintegrasi
3)
Setiap bentuk
merupakan sebuah struktur yang setiap bagiannya tersusun secara berbeda-beda
tergantung dari kepentingannya
4)
Desain setiap
bagian memberikan sumbangan pada keseluruhan sistem sosial melalui aktualisasi
5)
Dalam setiap sistem
terjadi penyaringan untuk membuat keseimbangan dalam setiap bagian sistem.
6)
Perubahan yang
terjadi pada salah satu bagian system akan menganggu aktivitas dan akan
mengakibatkan ketidak harmonisan dalam sistem tersebut.
7)
Perubahan secara
besar-besaran merupakan hasil modifikasi internal dari suatu bagian yang sedang
diperluas dan kemudian dikontrol dengan membangun kembali harmosisasi dalam
sistem.
Budaya sebagai konsep sentral. Linton (1945:32) memberikan definisi budaya secara
spesifik, yaitu, budaya merupakan
konfigurasi dari prilaku manusia dari elemen-elemen yang ditransformasikan oleh
anggota masyarakat. Budaya secara umum telah dianggap sebagai milik
manusia, dan digunakan sebagai alat komunikasi sosial di mana didalamnya
terdapat proses peniruan. Selanjutnya konsep budaya telah menuntun para pakar
etnologi Amerika dan Jerman kedalam suatu bentuk teoritik. Setelah
Radcliffe-Brown (1965:5) para ilmuan antropologi sosial Prancis dan Inggris
cenderung untuk membedakan konsep budaya dan sosial dan cenderung membatasi
kedua konsep tersebut pada cara belajar berfikir, merasa, dan bertindak, yang
merupakan dari proses sosial.
C. Kluchohn menghimpun dan menerbitkan kembali 164
definisi kebudayaan yang dikelompokkan menjadi enam: deskriptif, historikal, normatif, psikologis, struktural dan genetik (Saifuddin, 2005: 83), Klukhohn melalui Universal Categories od Culture (1953)
merumuskan 7 unsur kebudayaan yang unierasl (Koentjaraningrat, 1979: 218)
yaitu:
a)
Sistem teknologi,
yaitu peralatan dan perlengkapan hidup menusia (pakaian, perumahan, alat-alat
rumah tangga, senjata, alat-alat produksi transport dan sebagainya.
b)
Sistem mata
pencaharian hidup dan sistem-sistem ekomoni (pertanian, peternakan, sistem
produksi, sistem distribusi dan lainnya).
c)
Sistem
kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum dan sistem perkawinan).
d)
Bahasa (lisan dan
tulisan).
e)
Kesenian (seni
rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya).
f)
Sistem pengetahuan.
g)
Religi (sistem
kepercayaan) (Burhan Bungin, 2006: 53).
Setiap praktik komunikasi pada dasarnya adalah suatu
representasi budaya, atau tepatnya suatu peta atas suatu relitas (budaya) yang
sangat rumit. Komunikasi dan budaya adalah dua entitas tak terpisahkan,
sebagaimana dikatakan Edward T. Hall, “budaya
adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya”. Begitu kita mulai berbicara tentang komunikasi, tak terhindarkan,
kita pun berbicara tentang budaya (Deddy Mulyana, 2004 :14).
Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan
dinamis. Inti budaya adalah komunikasi. Karena budaya muncul melalui
komunikasi. Akan tetapi pada gilirannya budaya yang tercipta pun mempengaruhi
cara berkomunikasi anggota budaya yang bersangkutan. Hubungan antara budaya dan
komunikasi adalah timbal balik. Budaya takkan eksis tanpa komunikasi dan komunikasi pun takkan eksis tanpa budaya. Entitas yang
satu takkan berubah tanpa perubahan entitas lainnya. Menurut Alfred G. Smith, budaya
adalah kode yang kita pelajari bersama dan untuk itu dibutuhkan komunikasi.
Komunikasi membutuhkan perkodean dan simbol-simbol yang harus dipelajari.
Godwin C. Chu mengatakan bahwa setiap pola
budaya dan tindakan melibatkan komunikasi. Untuk dipahami, keduanya harus
dipelajari bersama-sama. Budaya takkan dapat dipahami tanpa mempelajari
komunikasi, dan komunikasi hanya dapat dipahami dengan memahami budaya yang
mendukungnya (Deddy Mulyana, 2004: 14).
Beberapa bidang konsep antropologi budaya yang dikaji
yang sangat relavan dengan komunikasi yaitu;
1)
Objek simbol, umpamanya bendara melambangkan bangsa dan
uang menggambarkan pekerjaan dan barang-barang dagangan (komoditi)
2)
Karakteristik objek
dalam kultur manusia. contoh warna unggu dipahami untuk “kerajaan”, hitam untuk
“duka cita” warna kuning untuk “kekecutan hati”, putih untuk untuk “kesucian”,
merah untuk “keberanian” dan sebagainya
3)
Ketiga adalah gesture dimana tindakan yang memiliki
makna simbolis, senyuman dan kedipan, lambaian tangan, kerutan kening,
masing-masing memiliki makna tersendiri dan semuanya memiliki makna dalam
konteks cultural.
4)
Simbol adalah jarak
yang luas dari pembicaraan dan kata-kata yang tertulis dalam meyusun bahsa.
Bahasa adalah kumpulan simbol paling penting dalam kultur.
Gatewood menjawab bahwa kebudayaan yang meliputi seluruh
kemanusian itu sangat banyak, dan hal tersebut meliputi seluruh periode waktu
dan tempat. Artinya kalau komunikasi itu merupakan bentuk, metode, teknik,
proses sosial dari kehidupan manusia yang membudaya, maka komunikasi adalah
sarana bagi transmisi kebudayan, oleh karena itu kebudayaan itu sendiri
merupakan komunikasi. Berdasarkan pendapat Gatewood itu kita akan berhadapan
dengan pernyataan klasik tentang hubungan antara komunikasi dengan kebudayaa,
apakah komunikasi dalam kebudayaan atau kebudayaan ada dalam komunikasi? ada
satu jawaban netral yang disampaikan oleh Smith (1976) bahwa; “komunikasi dan kebudayaan tidak dapat
dipisahkan”. Dalam tema atau bagian uraian tentang kebudayaan dan
komunikasi, sekurangnya-kurangnya ada dua jawaban: pertama, dalam kebudayaan ada sistem dan dinamika yang mengatur
tata cara pertukaran simbol-simbol komunikasi, dan kedua, hanya dengan komunikasi maka pertukaran simbol-simbol dapat
dilakukan dan kebuadayaan hanya akan eksis jika ada komunikasi (Alo Leliweri,
2004, 21).
Budaya adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari
komunikasi. Masyarakat terbentuk dari nilai norma yang mengatur mereka. Manusia
merupakan homostatis di mana komunikasi membentuk kebudayaan dan juga bagian
dari kebuadayaan itu sendiri. Dalam kehidupan budaya masyarakat dan interaksi menyebabkan maka terjadinya proses komunikasi yang
menjadi alat bantu atau guna membantu mereka dalam berinteraksi dengan baik.
Bahasa yang merupakan alat komunikasi juga sangat dipengaruhi oleh proses
budaya. Dengan adanya kesamaan mengenai memaknai sesuatu tersebutlah sehingga
membentuk suatu kebudayaan yang lebih baik dalam interaksi. Pengaruh komunikasi yang disebabkan oleh budaya ini
pulalah yang menjadikan perbedaan pemaknaan dari setiap budaya masyarakat dalam
berkomunikasi. Jadi, antropologi merupakan ilmu yang lebih dahulu ada dalam
memahami perkembangan interaksi manusia, kemudian antropologi ini terus
berkembang sehingga mulai melihat dan mengkaji pada proses komunikasi yang tercipta. Inilah yang kemudian
menjadikan antropologi menjadi salah satu landasan sehingga lahirnya ilmu
komunikasi.
Komunikasi, sosial, budaya, dan perkembangan peradaban
sekarang ini adalah tidak hanya sekedar unsur-unsur dan kata-kata saja tetapi
merupakan konsep yang yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Sehingga studi
komunikasi sangat dipengaruhi oleh kajian antropologi begitu juga perkembangan
antropologi yang didasarkan pada kekuatan manusia dalam menciptakan
peradabannya sangat terkait oleh komunikasi.
Daftar Pustaka:
Alo Leliweri, 2003, Makna
Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, LKIS, Yogyakarta.
_________, 2004, Dasar-dasar
Komunikasi Antarbudaya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Deddy Mulyana, 2004, Komunikasi
Efektif, Suatu Pendekatan Lintasbudaya, Remaja Rosda Karya, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar