Jumat, 19 Desember 2014

Sistem Kekerabatan

Setiap kehidupan masyarakat diorganisasi/diatur oleh adat-istiadat dan aturan-aturan tentang berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan tempat individu hidup dan bergaul.
Kesatuan sosial yang paling dekat dan mesra adalah kesatuan kekerabatannya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kaum kerabat yang lain.

Keluarga Sebagai Sistem Kekerabatan
·         Charles Colton (dalam Samovar, 2010) : “Keluarga merupakan unit paling dasar dari pemerintahan. Sebagai komunitas pertama dimana setiap orang berhubungan dan otoritas pertama dimana seseorang belajar untuk hidup, keluarga membentuk nilai paling dasar suatu masyarakat.”
Maksud dari pengertian di atas bahwa individu, keluarga, dan budaya bekerjasama untuk mengajarkan ‘esensi’ dari suatu kebudayaan.
·         Smith & Mosby (2003) : “Keluarga merupakan kelompok sosial yang paling menonjol. Keluarga mempersiapkan anggotanya akan berbagai peranan yang mereka lakukan setiap hari.”
·         Galvin & Brommel (1991) mengungkapkan alasan mengapa keluarga merupakan organisasi sosial yang penting : “Kita lahir kedalam sebuah keluarga, menjadi dewasa dalam sebuah keluarga, dan meninggalkan keluarga ketika kita meninggal.”
·         DeGenova & Rice (2006) mengungkapkan keluarga merupakan agen sosial yang pertama dan utama : “Keluarga merupakan transmitor utama pengetahuan, nilai, perilaku, peranan, dan kebiasaan dari generasi ke generasi. Melalui kata dan contoh, keluarga membentuk kepribadian seorang anak dan menanamkan pola pikir dan cara bertingkah laku, sehingga menjadi suatu kebiasaan.”
·         Noller & Fitzpatrick (1993) : “Keluarga merupakan kelompok intim yang menurunkan identitas rumah dan kelompok, lengkap dengan kesetiaan dan emosi yang kuat serta pengalaman budaya dan masa depan.”

Bentuk Umum Keluarga
Samovar (2010) membagi bentuk keluarga secara umum menjadi dua :
A.    Keluarga Inti
-          Terdiri dari sepasang suami istri dan anak.
-          Disebut juga dengan ‘keluarga dua generasi’
-          Kebutuhan sehari-hari akan ekonomi, perlindungan anak, dan interaksi sosial terjadi dalam keluarga inti itu sendiri bukan dengan kerabat keluarga lainnya (Ferraro, 2006).
B.     Keluarga Besar
-          Terdiri atas lebih dari orangtua dan anak-anak, sepupu, bibi, paman, kakek-nenek, dan bahkan buyut.
-          Berkumpul dengan alasan ekonomi dan biasanya berbagi dalam hal tugas sehari-hari dan membesarkan anak.

Peranan Keluarga
Samovar (2010) menyebutkan peranan keluarga dalam kehidupan sosial :
1.      Reproduksi
Keluarga bertanggungjawab dalam hal reproduksi demi kelangsungan masyarakat.
Dengan adanya reproduksi maka mengizinkan budaya untuk tetap berlangsung dengan membesarkan anak untuk menggantikan anggota yang lebih tua yang telah meninggal.
Tanpa kehadiran dari generasi baru, budaya akan cepat menghilang.
2.      Mengajarkan Nilai Ekonomi
Tugas penting dari keluarga adalah mengajarkan tanggungjawab dan pembagian ekonomi.
Hampir setiap keluarga terlibat dalam aktifitas yang bertujuan untuk menyediakan hal-hal seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
3.      Sosialisasi
Masyarakat bergantung pada orangtua untuk mencintai dan membesarkan anak-anak mereka untuk melatih dan mengajarkan mereka berbicara, dan sebaliknya bertindak sesuai dengan perilaku orang yang berbudaya.
4.      Mengajarkan nilai dasar dan pola pikir
Pada dasarnya anak-anak mempelajari budaya mereka dari orangtua mereka.
Orangtua mulai mengajarkan anak-anaknya norma dan aturan komunikasi yang menuntun perilaku dalam kebudayaan mereka.
5.      Perkembangan identitas
Setiap orang memiliki banyak identitas (individu, nasional, budaya, jenis kelamin, etnik, kelas sosial).
Keluarga merupakan institusi pertama yang menandakan identitas.
Keluarga melakukan hal ini dengan memberikan anak-anak mereka pengetahuan tentang latar belakang historis, informasi tentang budaya mereka, serta perilaku, adat-istiadat, tradisi, bahasa dari etnis atau kelompok budayanya.
6.      Pelatihan komunikasi
Keluarga memperkenalkan bahasa dalam budaya dan mengajarkan bagaimana menggunakan bahasa tersebut.   

Prinsip-Prinsip Keturunan
·         Orang disebut berkerabat dengan seseorang apabila orang tersebut memiliki ‘hubungan darah’ (hubungan gen) dengan seseorang individu tadi, baik melalui ibu maupun ayahnya.
·         Walaupun orang-orang yang masih saling mempunyai ‘hubungan darah’ yang sangat besar jumlahnya, mereka masing-masing tentu hanya mengenal beberapa diantaranya saja. Juga mengetahui seluk-beluk ikatan kekerabatannya dengan mereka karena dari seluruh kerabat ‘biologis’nya, hanya sebagian kecil saja yang merupakan kerabat ‘sosiologis’nya.
·         Bagi seorang individu kaum kerabat ‘sosiologis’nya itu dibedakan berdasrkan :
1.      Adanya hubungan kekerabatan.
2.      Kesadaran hubungan kekerabatannya.
3.      Pergaulan berdasarkan hubungan kekerabatan.
·         Hubungan kekerabatan yang ditentukan oleh prinsip-prinsip keturunan yang bersifat selektif, mengikat sejumlah kerabat yang bersama-sama memiliki sejumlah hak dan kewajiban tertentu. Misalnya : hak waris atas harta, gelar, pusaka, lambang-lambang, dll. Serta hak atas suatu kedudukan, kewajiban untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan produktif bersama-sama.
·         Prinsip keturunan juga memiliki fungsi untuk menentukan keanggotaan dalam kelompok-kelompok kekerabatan, yaitu sebagai berikut (Koentjaraningrat, 2005) :
1.      Prinsip patrilineal
Memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui garis keturunan pria, sehingga semua kaum kerabat ayah termasuk termasuk kedalam kekerabatannya sedangkan semua kaum kerabat ibu berada diluar batas itu.
2.      Prinsip matrilineal
Memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui garis keturunan wanita, sehingga semua kaum kerabat ibu termasuk kedalam kekerabatannya sedangkan semua kaum kerabat ayah berada diluar batas itu.
3.      Prinsip bilineal
Memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui garis keturunan pria bagi hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu, dan hubungan kekerabatan melalui garus keturunan wanita bagi hak-hak dan kewajiban-kewajiban lain pula. Sehingga, untuk keperluan-keperluan tertentu seorang individu menggunakan kedudukannya sebagai kerabat ayahnya, dan di kesempatan lain sebagai kerabat ibunya.
4.      Prinsip bilateral
Memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui garis keturunan pria maupun wanita.
a)      Prinsip amilineal, yang memperhitungkan hubungan kekerabatan dengan sebagian warga masyarakat melalui garis keturunan pria, dan sebagian warga masyarakat melalui garis keturunan wanita;
b)      Prinsip konsentris, yang memperhitungkan hubungan kekerabatan hingga jumlah angkatan yang terbatas;
c)      Prinsip primogenitur, yang memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui garis keturunan pria dan wanita, tetapi berlaku hanya bagi yang tertua saja;
d)     Prinsip ultimogenitur, yang memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui garis keturunan pria maupun wanita, tatapi berlaku hanya bagi yang termuda saja.


Sisi Gelap Identitas

·         Dalam pengertian komunikasi antarbudaya, melibatkan orang-orang dari budaya yang berbeda dan hal ini membuat perbedaan sebagai kondisi yang normatif. Jadi, reaksi dan kemampuan individu untuk mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut adalah kunci sukses suatu reaksi interaksi antarbudaya.
·         Kecenderungan individu terhadap sesuatu yang dimengerti dan dikenal dapat mempengaruhi persepsi dan sikap terhadap orang dan hal yang baru dan berbeda. Hal ini dapat mengarah pada stereotip, prasangka, rasisme, dan etnosentrisme.

STEREOTIP
·         Samovar (2010) : “Stereotip merupakan bentuk kompleks dari pengelompokkan yang secara mental mengatur pengalaman individu dan mengarahkan sikap individu dalam menghadapi orang-orang tertentu.”
·         Abbate, Boca, dan Bocchiaro (2004) : “Stereotip merupakan susunan kognitif yang mengandung pengetahuan, kepercayaan, dan harapan si penerima mengenai kelompok sosial manusia.”
·         Alasan mengapa stereotip itu mudah menyebar adalah karena manusia memiliki kebutuhan psikologis untuk mengelompokkan dan mengklasifikasikan suatu hal. Dunia dimana manusia tinggal ini terlalu luas, terlalu kompleks, dan terlalu dinamis untuk manusia ketahui secara detail. Jadi, manusia ingin mengelompokkan dan mengotak-ngotakannya. Permasalahannya bukan pada pengelompokkan/pengotakan tersebut, namun pada overgeneralisasi dan penilaian negatif (tindakan/prasangka) terhadap anggota kelompok tertentu (J.W. Berry, Y.H. Segall, dan P.R. Dassen, 1992).
·         Stereotip dapat positif atau negatif. Stereotip yang merujuk sekelompok orang sebagai orang yang malas, kasar, jahat, atau bodoh merupakan stereotip negatif. Asumsi pelajar dari Asia yang pekerja keras, berkelakuan baik, dan pandai merupakan stereotip positif.
·         Karena stereotip mempersempit persepsi manusia, maka stereotip dapat mencemarkan komunikasi antarbudaya. Hal ini karena stereotip cenderung untuk menyamaratakan ciri-ciri sekelompok orang.
·         Bagaimana stereotip diperoleh? Stereotip dipelajari dengan berbagai cara melalui proses sosialisasi mulai dari orang tua, keluarga, sekolah, kelompok agama, dll.
·         Bagaimana menghindari stereotip? Ting-Toomey (2005) menawarkan metode efektif untuk mengontrol stereotip adalah dengan cara selalu terbuka pada informasi dan bukti yang baru serta waspada akan zona ketidaknyamanan anda.

PRASANGKA
·         Samovar (2010) memberikan pengertian yang luas tentang prasangka yaitu : “Merupakan perasaan negatif yang dalam terhadap kelompok tertentu. Sentimen ini terkadang meliputi kemarahan, kebencian, dan kecemasan.”
·         Macionis (1998) : “Prasangka merupakan generalisasi kaku dan menyakitkan mengenai sekelompok orang. Prasangka menyakitkan dalam arti bahwa orang memiliki sikap yang tidak fleksibel yang didasarkan atas sedikit atau tidak ada bukti sama sekali. Orang-orang dari kelas sosial, jenis kelamin, orientasi seks, usia, partai politik, ras/etnis tertentu dapat menjadi target dari prasangka.”
·         Ruscher (2001) : “Dalam komunikasi, perasaan dan perilaku negatif sasaran prasangka terkadang ditunjukkan melalui penggunaan label, humor permusuhan, atau pidato yang menyatakan superioritas suatu kelompok terhadap kelompok lain.”
·         Karakteristik dari prasangka yaitu :
a)      Prasangka ditujukan pada suatu kelompok sosial dan anggotanya. Terkadang kelompok tersebut ditandai oleh ras, etnis, gender, usia, dsb.
b)      Prasangka melibatkan dimensi evaluatif. Prasangka berhubungan dengan perasaan mengenai yang baik dan buruk, benar dan salah, bermoral dan tidak bermoral, dsb. (Brislin, 2000).
c)      Prasangka itu terpusat, dalam arti seberapa besar pentingya suatu kepercayaan dalam menentukan perilaku seseorang terhadap yang lainnya (Fishbein, 2002).
Pernyataan Prasangka
Allport (1954) dalam karyanya The Nature of Prejudice menyatakan lima pernyataan prasangka, yaitu :
a)      Prasangka dinyatakan melalui antilokusi (isitlah negatif/stereotip tentang anggota dari kelompok target).
b)      Prasangka dinyatakan melalui menghindari dan/atau menarik diri  untuk berhubungan dengan kelompok orang yang tidak disukai.
c)      Prasangka dinyatakan melalui diskriminasi.
d)     Prasangka dinyatakan melalui serangan fisik.
e)      Prasangka dinyatakan melalui extermination (pembasmian).
Penyebab Prasangka
Samovar (2010) menyebutkan beberapa penyebab dari prasangka yaitu :
a)      Sumber Sosial. Banyak prasangka yang dibangun dalam organisasi dan institusi masyarakat yang besar. Organisasi-organisasi menetapkan hukum, peraturan, dan norma yang menimbulkan prasangka dalam suatu masyrakat. Hukum dan peraturan ini menolong untuk mempertahankan kekuasaan suatu kelompok dominan terhadap kelompok yang lainnya.
b)      Mempertahankan Identitas Sosial. Pentingnay identitas seseorang dalam hubungannya dengan budaya, hubungan ini merupakan hubungan yang personal dan emosional. Hal ini menciptakan hubungan antara individu dan budayanya. Segala sesuatu yang mengancam ikatan tersebut, seperti anggota kelompok luar, dapat menjadi target prasangka.
c)      Mencari Kambing Hitam. Pencarian kambing hitam terjadi ketika sekelompok orang tertentu, biasanya kaum minoritas, dipilih untuk dipersalahkan terhadap suatu kejadian tertentu.
Mengindari Prasangka
·         Mengindari prasangka bukanlah hal yang mudah, karena seperti aspek persepsi budaya pada umumnya, prasangka rasial dan budaya dipelajari sejak kecil dan ditanamkan melalui interaksi.
·         Terdapat dua teknik yang dapat digunakan dalam mencegah prasangka, yaitu :
a)      Hubungan Personal
Peranan hubungan personal sangat sederhana : semakin sering terjadi hubungan positif antara anggota kelompok dalam dan kelompok luar maka semakin rendah level prasangka yang terjadi. Syarat yang harus dipenuhi dalam hubungan personal itu adalah : kesetaraan antara kelompok dan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama (Oskamp, 2000).  
b)      Pendidikan  
Terdapat dua jenis pendidikan untuk mengurangi prasangka, yaitu (1) pendidikan yang berpusat pada kurikulum pendidikan multikultur (berisi materi tentang sejarah dan praktik budaya dari sejumlah kelompok etnis dan ras). (2) pelatihan keanekaragaman budaya (Stephen, 2000)

RASISME
Pengertian Rasisme
·         Rasisme merupakan lanjutan dari stereotip dan prasangka.
·         Leone (1978) dalam karyanya Racism : Opposing Viewpoints menyebutkan :
“Rasisme merupakan kepercayaan terhadap superioritas yang diwarisi oleh ras tertentu. Rasisme menyangkal kesetaraan manusia dan menghubungkan kemampuan dengan kemampuan fisik. Jadi, sukses tidaknya hubungan sosial bergantung dari warisan genetik dibandingkan dengan lingkungan atau kesempatan yang ada.”
·         Pandangan tentang superioritas inilah yang memungkinkan seseorang untuk memperlakukan kelompok lain secara buruk berdasarkan ras, warna kulit, agama, negara asal, nenek moyang, atau orientasi seksual.
Pernyataan Rasisme
·         Bentuk Personal. Rasisme personal terdiri atas tindakan, kepercayaan, perilaku, dan tindakan rasial sebagai bagian dari seorang individu (Blum, 2002).
·         Bentuk Institusional. Rasisme institusional merujuk pada tindakan merendahkan suatu rasa atau perasaan antipati yang dilakukan institusi sosial tertentu seperti sekolah, rumah sakit, perusahaan. Terjadi dengan disengaja maupun tidak disengaja.
Menghindari Rasisme
Samovar (2010) menyebutkan terdapat empat langkah yang dapat mengurangi rasisme dalam diri, yaitu :
1)      Cobalah untuk jujur terhadap diri sendiri ketika memiliki pandangan rasial. Dalam hal ini mencoba melawan pandangan rasial.
2)      Nyatakan ketidaksetujuan terhadap semua lelucon atau hinaan terhadap ras setiap kali mendengarnya.
3)      Hormatilah kebebasan
4)      Analisalah akar sejarah rasisme.

Rasisme, stereotip, dan prasangka sangat mendarah daging, karena dipelajari sejak kecil dan seperti budaya pada umumnya, menjadi cara pandang manusia terhadap dunia ini. Wabah rasisme itu sangat membahayakan masuk dalam pikiran manusia dengan pelan dan diam-diam secara tidak kelihatan dan masuk kedalam tubuh manusia dan menyatudengan nadi darah manusia (Maya Angelou, 2008).

ETNOSENTRISME
Pengertian Etnosentrisme
Nanda & Warms (2007) : “Etnosentrisme merupakan pandangan bahwa budaya seseorang lebih unggul dibandingkan budaya lainnya. Pandangan bahwa budaya lain dinilai berdasarkan standar budaya kita. Kita menjadi etnosentris ketika kita melihat budaya lain melalui kacamata budaya kita atau posisi sosial kita.”
Karaktersitik Etnosentrisme
1.      Tingkat Etnosentrisme
a)      Positif, merupakan kepercayaan bahwa, paling tidak bagi anda, budaya anda lebih baik dari yang lain. Hal ini alamiah dan kepercayaan itu berasal dari budaya asli anda.
b)    Negatif, anda mengevaluasi secara sebagian. Anda percaya bahwa budaya anda merupakan pusat dari segalanya dan budaya lain harus dinilai dan diukur berdasarkan budaya anda.
c)      Sangat Negatif, bagi anda tidak cukup hanya dengan menganggap budaya anda sebagai yang paling benar dan bermanfaat, anda juga menganggap budaya anda sebagai yang paling berkuasa dan anda percaya bahwa nilai dan kepercayaan anda harus diadopsi oleh orang lain.
2.      Etnosentrisme Itu Universal
-          Para antropolog setuju bahwa : kebanyakan orang merupakan etnosentris (berpusat/berpangkal pada kebudayaan sendiri). Dan bahwa : kadang sifat etnosentrisme penting untuk mengeratkan hubungan dalam suatu masyarakat (Nanda & Warms, 2007).
-          Seperti budaya, etnosentrisme juga biasanya dipelajari secara tidak sadar.
3.      Etnosentrisme Mempengaruhi Identitas Budaya
-          Etnosentrisme memberikan identitas dan perasaan memiliki kepada anggotanya.
Menghindari Etnosentrisme
·         Pertama, cobalah menghindari dogmatisme (paham/pandangan yang berpegang teguh pada pokok ajaran agama).

·         Kedua, belajarlah untuk memiliki pandangan terbuka. 

Identitas Budaya

Pentingnya Identitas
·         Identitas berperan penting bagi kejiwaan seseorang (siapa saya? Apa peran saya dalam hidup?).
·         Pemahaman tentang identitas merupakan aspek penting dalam pembelajaran dan praktik komunikasi antarbudaya.
·         Dunia yang tidak pasti dimana manusia tinggal ini sebagian dipengaruhi oleh perbedaan persepsi mengenai identitas.
·         Ketika manusia berjuang untuk beradaptasi dengan kedinamisan dunia sosial modern yang dipenuhi dengan pengaruh globalisasi dan cara tradisional, identitas menjadi faktor yang penting dalam bagaimana suatu masyarakat menghidupi hidup mereka serta dengan siapa mereka berhubungan.
·         Identitas mempengaruhi dan mengarahkan harapan individu terhadap peranan sosialnya dan orang lain, serta memberikan petunjuk dalam interaksi dengan orang lain (M.L. Hecht, R.L. Jackson II, S.R. Ribeau, 2003).

Pengertian Identitas
Identitas merupakan konsep yang abstrak dan kompleks
·         Gardiner dan Kosmitzki (2008) : “Identitas merupakan definisi diri seseorang sebagai individu yang berbeda dan terpisah, termasuk perilaku, kepercayaan, dan sikap.”
·         Ting-Toomey (2005) : “Identitas merupakan konsep diri yang direfleksikan atau gambaran diri bahwa kita berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis, dan proses sosialisasi individu. Identitas pada dasarnya merujuk pada pandangan reflektif mengenai diri kita sendiriataupun persepsi orang lain mengenai diri kita.”
·         Martin dan Nakayama (2005) : “Identitas merupakan konsep diri sendiri, siapa kita sebagai manusia.”
·         Matthews (2000) : “Identitas merupakan bagaimana kita melihat diri kita sendiri.”
·         Fong (2004) : “Budaya dan identitas budaya dalam pembelajaran hubungan antarbudaya menjadi payung untuk menggolongkan identitas ras dan etnik.”
·         Fong (2004) : “Identitas Budaya merupakan identifikasi dari sistem perilaku simbolis verbal dan nonverbal yang memiliki arti dan yang dibagikan diantara anggota kelompok yang memiliki rasa saling memiliki dan yang membagi tradisi, warisan, bahasa, dan norma-norma yang sama. Identitas budaya merupakan konstruksi sosial.”
·         Lustig dan Koester (2006) : “Identitas Budaya merupakan rasa kepemilikan seseorang terhadap budaya atau kelompok etnik tertentu.”
·         Klyyukanov (2005) : “Identitas budaya dapat dilihat sebagai keanggotaan dalam suatu kelompok dimana semua orang menggunakan sistem simbol yang sama.”
Identitas merupakan hal yang dinamis dan beragam
·         Lustig dan Koester (2006) : “Identitas itu bukanlah merupakan hal yang statis, namun berubah-ubah menurut pengalaman hidup individu.”

Klasifikasi Identitas
Turner (1987) memberikan tiga kategori untuk mengklasifikasikan identitas, yaitu :
a)      Identitas manusia, merupakan pandangan yang menghubungkan individu dengan seluruh manusia dan memisahkan individu dari bentuk kehidupan lain.
b)      Identitas sosial, merupakan perwakilan dari kelompok dimana individu tergabung seperti : ras, etnisitas, pekerjaan, umur, kampung halaman, dll. Identitas sosial merupakan produk dari perbedaan antara menjadi anggota dari kelompok sosial tertentu dan bukan anggota dari kelompok sosial yang lain.
c)      Identitas pribadi, timbul dari hal-hal yang membedakan individu dari individu yang lainnya dan menandakan individu sebagai pribadi yang spesial dan unik.  

Memperoleh dan Mengembangkan Identitas
·         Ting-Toomey (2005) : “Manusia memperoleh dan mengembangkan identitas mereka melalui interaksi mereka dalam kelompok budaya mereka.”
·         Perkembangan identitas selanjutnya menjadi proses dalam keluarga dan sosialisasi budaya yang dipengaruhi oleh budaya lain dan perkembangan pribadi.
·         Identitas awal individu berawal dari keluarga, dimana individu mulai untuk belajar secara budaya tentang kepercayaan, nilai, dan peranan sosial yang tepat (Ting Toomey, 2005).
·         Phinney (1993) menawarkan model tiga tahap untuk memahami pertumbuhan identitas (walaupun model ini difokuskan pada identitas etnis diantara anak remaja,namun dapat juga digunakan dalam pemerolehan dan pertumbuhan identitas budaya) yaitu :
a)      Tahap Pertama, Identitas etnis yang tidak diketahui : ditandai dengan kurangnya eksplorasi terhadap etnisitas. Selama tahap ini individu tidak tertarik untuk mengeksplorasi atau menampilkan identitas pribadi mereka. Ketidaktertarikan ini dapat berasal dari keinginan untuk menyembunyikan identitas etnis individu dalam usahanya untuk mengidentifikasi budaya yang lebih mayoritas.
b)      Tahap Kedua, Pencarian identitas etnis : dimulai ketika individu mulai tertarik untuk mempelajari dan memahami identitas etnis mereka sendiri.
c)      Tahap Ketiga, Pencapaian etnis : diperoleh ketika individu memiliki pemahaman yang jelas dan pasti mengenai identitas budayanya sendiri. Pencapaian indentitas juga dapat memberikan rasa percaya diri dan penghargaan terhadap diri sendiri.
·         Berdasarkan cara pemerolehannya, identitas individu jug adapat dikelompokkan berdasarkan warisan dan pengakuan (Hall, 2004). Hal ini merujuk pada apakah identitas individu diperoleh secara sengaja atau tidak.
·         Identitas ras, etnis, dan jenis kelamin didapatkan ketika lahir dan dianggap sebagai warisan atau tidak disengaja.
·         Identitas sebagai mahasiswa merupakan pengakuan karena dengan sengaja memilih masuk perguruan tinggi.

Membentuk dan Menetapkan Identitas
·         Bagaimana identitas budaya dibentuk dan ditunjukkan?
·         Yep (2006) : “Dengan berinteraksi dengan orang lain, individu akan terus menerus membentuk dan membentuk kembali identitas budaya melalui komunikasi.”
·         Molden (1998) : “Melalui komunikasilah individu dapat mengekspresikan kesamaan dan ketidaksamaan dengan yang lain.”

·         Kegunaan komunikasi dalam membentuk dan menetapkan identitas dapat dalam berbagai bentuk, termasuk : percakapan, peringatan sejarah, musik, tarian, ritual, upacara, dan berbagai drama sosial” (A.D. Buckley dan M.C. Kenney, 1995).