·
Dalam pengertian komunikasi antarbudaya,
melibatkan orang-orang dari budaya yang berbeda dan hal ini membuat perbedaan
sebagai kondisi yang normatif. Jadi, reaksi dan kemampuan individu untuk
mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut adalah kunci sukses suatu reaksi
interaksi antarbudaya.
·
Kecenderungan individu terhadap sesuatu
yang dimengerti dan dikenal dapat mempengaruhi persepsi dan sikap terhadap
orang dan hal yang baru dan berbeda. Hal ini dapat mengarah pada stereotip,
prasangka, rasisme, dan etnosentrisme.
STEREOTIP
·
Samovar (2010) : “Stereotip merupakan
bentuk kompleks dari pengelompokkan yang secara mental mengatur pengalaman
individu dan mengarahkan sikap individu dalam menghadapi orang-orang tertentu.”
·
Abbate, Boca, dan Bocchiaro (2004) :
“Stereotip merupakan susunan kognitif yang mengandung pengetahuan, kepercayaan,
dan harapan si penerima mengenai kelompok sosial manusia.”
·
Alasan mengapa stereotip itu mudah
menyebar adalah karena manusia memiliki kebutuhan psikologis untuk
mengelompokkan dan mengklasifikasikan suatu hal. Dunia dimana manusia tinggal
ini terlalu luas, terlalu kompleks, dan terlalu dinamis untuk manusia ketahui
secara detail. Jadi, manusia ingin mengelompokkan dan mengotak-ngotakannya.
Permasalahannya bukan pada pengelompokkan/pengotakan tersebut, namun pada overgeneralisasi dan penilaian negatif
(tindakan/prasangka) terhadap anggota kelompok tertentu (J.W. Berry, Y.H.
Segall, dan P.R. Dassen, 1992).
·
Stereotip dapat positif atau negatif.
Stereotip yang merujuk sekelompok orang sebagai orang yang malas, kasar, jahat,
atau bodoh merupakan stereotip negatif. Asumsi pelajar dari Asia yang pekerja
keras, berkelakuan baik, dan pandai merupakan stereotip positif.
·
Karena stereotip mempersempit persepsi
manusia, maka stereotip dapat mencemarkan komunikasi antarbudaya. Hal ini
karena stereotip cenderung untuk menyamaratakan ciri-ciri sekelompok orang.
·
Bagaimana stereotip diperoleh? Stereotip
dipelajari dengan berbagai cara melalui proses sosialisasi mulai dari orang
tua, keluarga, sekolah, kelompok agama, dll.
·
Bagaimana menghindari stereotip?
Ting-Toomey (2005) menawarkan metode efektif untuk mengontrol stereotip adalah
dengan cara selalu terbuka pada informasi dan bukti yang baru serta waspada
akan zona ketidaknyamanan anda.
PRASANGKA
·
Samovar (2010) memberikan pengertian
yang luas tentang prasangka yaitu : “Merupakan perasaan negatif yang dalam
terhadap kelompok tertentu. Sentimen ini terkadang meliputi kemarahan,
kebencian, dan kecemasan.”
·
Macionis (1998) : “Prasangka merupakan
generalisasi kaku dan menyakitkan mengenai sekelompok orang. Prasangka
menyakitkan dalam arti bahwa orang memiliki sikap yang tidak fleksibel yang
didasarkan atas sedikit atau tidak ada bukti sama sekali. Orang-orang dari
kelas sosial, jenis kelamin, orientasi seks, usia, partai politik, ras/etnis
tertentu dapat menjadi target dari prasangka.”
·
Ruscher (2001) : “Dalam komunikasi,
perasaan dan perilaku negatif sasaran prasangka terkadang ditunjukkan melalui
penggunaan label, humor permusuhan, atau pidato yang menyatakan superioritas
suatu kelompok terhadap kelompok lain.”
·
Karakteristik dari prasangka yaitu :
a)
Prasangka ditujukan pada suatu kelompok
sosial dan anggotanya. Terkadang kelompok tersebut ditandai oleh ras, etnis,
gender, usia, dsb.
b)
Prasangka melibatkan dimensi evaluatif.
Prasangka berhubungan dengan perasaan mengenai yang baik dan buruk, benar dan
salah, bermoral dan tidak bermoral, dsb. (Brislin, 2000).
c)
Prasangka itu terpusat, dalam arti
seberapa besar pentingya suatu kepercayaan dalam menentukan perilaku seseorang
terhadap yang lainnya (Fishbein, 2002).
Pernyataan
Prasangka
Allport (1954) dalam karyanya The Nature of Prejudice menyatakan lima
pernyataan prasangka, yaitu :
a)
Prasangka dinyatakan melalui antilokusi (isitlah negatif/stereotip
tentang anggota dari kelompok target).
b)
Prasangka dinyatakan melalui menghindari dan/atau menarik diri untuk berhubungan dengan kelompok orang yang
tidak disukai.
c)
Prasangka dinyatakan melalui
diskriminasi.
d)
Prasangka dinyatakan melalui serangan
fisik.
e)
Prasangka dinyatakan melalui extermination (pembasmian).
Penyebab
Prasangka
Samovar (2010) menyebutkan beberapa
penyebab dari prasangka yaitu :
a)
Sumber Sosial. Banyak prasangka yang
dibangun dalam organisasi dan institusi masyarakat yang besar.
Organisasi-organisasi menetapkan hukum, peraturan, dan norma yang menimbulkan
prasangka dalam suatu masyrakat. Hukum dan peraturan ini menolong untuk
mempertahankan kekuasaan suatu kelompok dominan terhadap kelompok yang lainnya.
b)
Mempertahankan Identitas Sosial. Pentingnay
identitas seseorang dalam hubungannya dengan budaya, hubungan ini merupakan
hubungan yang personal dan emosional. Hal ini menciptakan hubungan antara
individu dan budayanya. Segala sesuatu yang mengancam ikatan tersebut, seperti
anggota kelompok luar, dapat menjadi target prasangka.
c)
Mencari Kambing Hitam. Pencarian kambing
hitam terjadi ketika sekelompok orang tertentu, biasanya kaum minoritas, dipilih
untuk dipersalahkan terhadap suatu kejadian tertentu.
Mengindari
Prasangka
·
Mengindari prasangka bukanlah hal yang
mudah, karena seperti aspek persepsi budaya pada umumnya, prasangka rasial dan
budaya dipelajari sejak kecil dan ditanamkan melalui interaksi.
·
Terdapat dua teknik yang dapat digunakan
dalam mencegah prasangka, yaitu :
a)
Hubungan Personal
Peranan hubungan personal sangat
sederhana : semakin sering terjadi hubungan positif antara anggota kelompok
dalam dan kelompok luar maka semakin rendah level prasangka yang terjadi.
Syarat yang harus dipenuhi dalam hubungan personal itu adalah : kesetaraan
antara kelompok dan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama (Oskamp, 2000).
b)
Pendidikan
Terdapat dua jenis pendidikan untuk
mengurangi prasangka, yaitu (1) pendidikan yang berpusat pada kurikulum
pendidikan multikultur (berisi materi tentang sejarah dan praktik budaya dari
sejumlah kelompok etnis dan ras). (2) pelatihan keanekaragaman budaya (Stephen,
2000)
RASISME
Pengertian
Rasisme
·
Rasisme merupakan lanjutan dari
stereotip dan prasangka.
·
Leone (1978) dalam karyanya Racism : Opposing Viewpoints menyebutkan
:
“Rasisme merupakan kepercayaan
terhadap superioritas yang diwarisi oleh ras tertentu. Rasisme menyangkal
kesetaraan manusia dan menghubungkan kemampuan dengan kemampuan fisik. Jadi,
sukses tidaknya hubungan sosial bergantung dari warisan genetik dibandingkan
dengan lingkungan atau kesempatan yang ada.”
·
Pandangan tentang superioritas inilah
yang memungkinkan seseorang untuk memperlakukan kelompok lain secara buruk
berdasarkan ras, warna kulit, agama, negara asal, nenek moyang, atau orientasi
seksual.
Pernyataan
Rasisme
·
Bentuk Personal. Rasisme personal
terdiri atas tindakan, kepercayaan, perilaku, dan tindakan rasial sebagai
bagian dari seorang individu (Blum, 2002).
·
Bentuk Institusional. Rasisme
institusional merujuk pada tindakan merendahkan suatu rasa atau perasaan
antipati yang dilakukan institusi sosial tertentu seperti sekolah, rumah sakit,
perusahaan. Terjadi dengan disengaja maupun tidak disengaja.
Menghindari
Rasisme
Samovar (2010) menyebutkan terdapat
empat langkah yang dapat mengurangi rasisme dalam diri, yaitu :
1)
Cobalah untuk jujur terhadap diri
sendiri ketika memiliki pandangan rasial. Dalam hal ini mencoba melawan
pandangan rasial.
2)
Nyatakan ketidaksetujuan terhadap semua
lelucon atau hinaan terhadap ras setiap kali mendengarnya.
3)
Hormatilah kebebasan
4)
Analisalah akar sejarah rasisme.
Rasisme, stereotip, dan prasangka sangat
mendarah daging, karena dipelajari sejak kecil dan seperti budaya pada umumnya,
menjadi cara pandang manusia terhadap dunia ini. Wabah rasisme itu sangat membahayakan
masuk dalam pikiran manusia dengan pelan dan diam-diam secara tidak kelihatan
dan masuk kedalam tubuh manusia dan menyatudengan nadi darah manusia (Maya
Angelou, 2008).
ETNOSENTRISME
Pengertian
Etnosentrisme
Nanda & Warms (2007) : “Etnosentrisme
merupakan pandangan bahwa budaya seseorang lebih unggul dibandingkan budaya
lainnya. Pandangan bahwa budaya lain dinilai berdasarkan standar budaya kita.
Kita menjadi etnosentris ketika kita melihat budaya lain melalui kacamata
budaya kita atau posisi sosial kita.”
Karaktersitik
Etnosentrisme
1.
Tingkat Etnosentrisme
a)
Positif, merupakan kepercayaan bahwa,
paling tidak bagi anda, budaya anda lebih baik dari yang lain. Hal ini alamiah
dan kepercayaan itu berasal dari budaya asli anda.
b) Negatif, anda mengevaluasi secara
sebagian. Anda percaya bahwa budaya anda merupakan pusat dari segalanya dan
budaya lain harus dinilai dan diukur berdasarkan budaya anda.
c)
Sangat Negatif, bagi anda tidak cukup
hanya dengan menganggap budaya anda sebagai yang paling benar dan bermanfaat,
anda juga menganggap budaya anda sebagai yang paling berkuasa dan anda percaya
bahwa nilai dan kepercayaan anda harus diadopsi oleh orang lain.
2.
Etnosentrisme Itu Universal
-
Para antropolog setuju bahwa :
kebanyakan orang merupakan etnosentris (berpusat/berpangkal pada kebudayaan
sendiri). Dan bahwa : kadang sifat etnosentrisme penting untuk mengeratkan
hubungan dalam suatu masyarakat (Nanda & Warms, 2007).
-
Seperti budaya, etnosentrisme juga
biasanya dipelajari secara tidak sadar.
3.
Etnosentrisme Mempengaruhi Identitas
Budaya
-
Etnosentrisme memberikan identitas dan
perasaan memiliki kepada anggotanya.
Menghindari
Etnosentrisme
·
Pertama,
cobalah menghindari dogmatisme
(paham/pandangan yang berpegang teguh pada pokok ajaran agama).
·
Kedua,
belajarlah untuk memiliki pandangan terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar